Drama ini di pentaskan pada saat HUT SMAN 1 Muaro Jambi dan Alhamdulillah mendapatkan juara pertama padahal hanya latihan kurang dari seminggu, hal ini pun dapat terjadi bukan cuma karna naskah dan ceritanya namun juga karena keuletan para pemain yang mementaskannya... ini di naskahnya..
Putri Rainun Dan Rajo Mudo
Karya : Nurhidayatullah
Putri Rainun dan Rajo Mudo adalah
sepasang kekasih dari daerah Jambi. Pasangan ini sangat serasi, Putri Rainun
memiliki paras yang cantik jelita dan berbudi luhur. Demikian pula Raja mudo
yang berwajah tampan dan cerdas.
Di
petang hari Putri Rainun dan Rajo mudo duduk di sebuah taman yang indah.
Putri
Rainun : “Kanda, tahukah kau kalau aku tak bisa hidup tanpamu.”
Rajo
Mudo : “Tapi dinda, kau seorang bangsawan yang kaya raya sedangkan aku hanya
rakyat biasa.”
Putri
Rainun : “tapi kanda itu bukanlah masalah bagiku.”
Rajo
Mudo : “wahai dinda, sebenarnya aku ingin pergi ke negeri seberang untuk
menimba ilmu.”
Putri
Rainun : “Benarkah?”
Rajo
Mudo : “Benar, jika engkau mengizinkan, aku akan pergi esok pagi.”
Putri
Rainun : “iya kanda, aku merestui kepergianmu. Tapi jangan lupa kembali. Dinda
tidak ingin lama-lama berpisah dengan kanda.”
Keesokan
harinya Rajo Mudo pun berlayar menuju negeri seberang. Putri Rainun tak kuasa
menahan air mata melepas kepergian kekasih hatinya. Ia baru meninggalkan
pelabuhan setelah kapal yang ditumpangi rajo mudo hilang dari pandangan.
Bundo
Putri Rainun : “ngapolah kau tu sedih terus!”
Putri
Rainun : “Aku sangat mencintainyo inang. Tapi dio belum balek padahal udah tigo
bulan.”
Bundo
Putri Rainun : “Sudahlah jangan kau pikirin dio terus. Diio tu dak pantas untuk
kau.”
Karena
tak tahan mendengar ibunya putri Rainun pergi masuk ke kamar meninggalkan
ibunya. Tak lama kemudian Rajo Biji Kayo dan pengawalnya datang berkunjung ke
rumah Putri Rainun.
Pengawal
: “Maaf mengganggu saya kesini mengantarkan Rajo Biji kayo untuk membicarakan
suatu hal dengan ibundo putri Rainun.”
Bundo
putri Rainun : “iya, ada apa?”
Rajo Biji Kayo : “maksud kedatanganku kesini tak
lain tak bukan adalah untuk melamar putri Rainun bundo.”
Bundo
Putri Rainun : “baiklah aku terima pinanganmu Rajo Biji kayo.”
Rajo
Biji Kayo : “Wahai bundo, aku yakin sesungguhnya aku lah yang paing cocok untuk
Rainun. Baiklah aku akan pergi ada urusan yang penting.” (berkata seraya pergi meninggalkan bundo)
Karena
mendengar orang bercakap-cakap Putri Rainun keluar dari kamarnya.
putri
Rainun : “ado apo bundo?”
Bundo
: “Bundo telah menerima lamaran Rajo Biji
kayo.”
Putri
: “a.. apo Bundo?? (seakan tak percaya )”
Bundo
: “Ketahuilah putriku. Pemuda yang benamo Rajo Biji Kayo itu anak orang kayo.
Ibu pikir ia sangat cocok menjadi pendamping hidupmu dari pado Rajo Mudo.”
Putri
: “jangan bandingkan Rajo mudo dengan dio!” (dengan nada yang tinggi)
Bundo
: “Kau jangan membantah! Bundo dak mau tau! Minggu depan kau akan nikah dengan Rajo
biji kayo.”
Putri
: (lututnya serasa lemas dan ia terduduk) “kau jahat bundo…” (dengan lirih)
Singkat
cerita perhelatan pernikahan Putri Rainun dan Rajo Biji Kayo digelar
besar-besaran. Setelah pernikahan Putri Rainun tidak bicara sepatah katapun
dengan Rajo Biji Kayo. Bahkan ia tak mau jiika biji kayo menyentuhnya
sedikitpun.
Rajo
Biji Kayo : “sekarang kau telah menjadi milikku.” (sambil memegang bahu Putri)
Putri
: “jangan sentuh aku!” (menepis tangan biji kayo seraya berlari meninggalkan
Biji Kayo)
****
Tak disangka Rajo Mudo telah
pulang dari negeri seberang. Ia sangat kecewa mendengar kabar bahwa Putri Rainun telah menikah. Ia
berencana untuk bertemu dengan putri di tempat terakhir kali ia berpamitan.
Rajo
Mudo : “Aduh, kemanakah gerangan Putri Rainun sudah sejam kutunggu tak datang
juga.”
Dayang
Putri Rainun : “Maaf tuan, hamba kemari ingin menyampaikan pesan bahwa putri
tidak bisa datang di karenakan ia terlalu malu untuk bertemu tuan. Saya kesini
diutus putri juga untuk menyampaikan permohonan maaf nya.”
Rajo
Mudo : “aku akan menemuinya.”
Tak lama kemudian sampailah Rajo
mudo di rumah puteri Rainun.
Rajo
Mudo : “Puteri ini aku Rajo Mudo tolong bukakanlah pintumu.”
Puteri
: “Ke keenapa kau kesini? Nanti Biji Kayo pulang.”
Rajo
mudo : “aku hanya ingin memberikanmu cincin ini sebagai bukti rasa cintaku.
Kuharap kau bahagia dengan biji kayo”
Setelah cincin itu diberikan Rajo
Mudo pergi meninggalkan putri. Menerima cincin itu membuat hati putri Rainun
sangat sakit sekali ia tak tahu harus berbuat apa kesedihan dan penyesalan
membanjiri dirinya. Akhirnya ia menulis sebuah surat tentang penderitaannya dan
cintanya yang sungguh besar kepada Rajo Mudo. Di depannya sudah ada segelas
racun yang ia siapkan dari 3 hari yang lalu namun setelah berpikir keras
menurutnya saat inilah yang tepat untuk bunuh diri.
Beberapa
saat kemudian Biji Kayo pulang kerumahnya ia sungguh kaget melihat istrinya
tergeletak tak bernyawa.
Rajo
Biji Kayo : “Riinn!! Kau ini dayang atau apo ha! Tengok tu!”
Dayang
: “Putriiiii !!! (menghambur ke arah putri Rainun) Sungguh aku dak tau apo apo
tuan..”
(Rajo
Biji Kayo membaca surat yang ditinggalkan Dayang dan terlihat sangat marah
sekali.)
Rajo
Biji Kayo : “Dimano rajo Mudo !”
Dayang
: “aa.. aku ti..tidak tau tuan.”
Rajo
Biji Kayo : “Dimano rajo Mudo !” (bentaknya lagi kepada dayang)
Dayang
: “Dia sedang di taman barat daya.”
Mendengar ucapan dayang Rajo biji
kayo langsung menuju ke taman tersebut disana sedang duduk Rajo Mudo yang
kelihatan sangat sedih.
Rajo
Biji kayo : “hey! Manusia biadab sesungguhnya kau lah yang membuat istriku
mengalami kematian!” (ucapnya dengan lantang)
Rajo
Mudo : “A…apa maksudmu?”
Rajo
Biji Kayo : “Terima ini” (Biji kayo seraya mengeluarkan kerisnya siap menghunus
Rajo Mudo)
(mereka
pun bertarung)
Rajo
Biji Kayo : “Istriku telah mati dan karnamu dia bunuh diri hahaha !”
Rajo
mudo : “Ti..tidak mungkin…” (tiba-tiba diam tak bergerak)
(Bii kayo secepat kilat menghunuskan
kerisnya keperut Rajo mudo)
Rajo
Biji Kayo : “Rasakan itu! Ayo pengawalku kita pergi ke negeri seberang mencari
gadis lain.” (seraya pergi meninggalkan Rajo Mudo)
Pengawal
: “ii…iya tuan.”
Kematian
pun juga menjemput Rajo Mudo. Ibunda Putri Rainun sangat menyesal dengan
perbuatannya karena telah memaksakan cinta putrinya. Dan yang sangat di
sesalinya juga karena membiarkan puterinya menikahi lelaki biadab.